Minggu, 21 Agustus 2011

Alokasi RAPBN 2012 masih salah sasaran



Ada 3 program pemerintahan RI maupun postur APBN yaitu kebijakan pro-job, pro-poor, dan pro-growth. tetapi dalam RAPBN 2012,kebijakan tersebut justru mengalami kemunduran karena alokasi belanja rutin semakin meningkat dari 78,49 % (2011) menjadi 80, 43%, Hal ini mengakibatkan ruang fiskal menyempit atau rendah & kurang memberi  stimulus bagi perekonomian.
ada 3 sasaran yang kurang tepat  atas alokasi pendanaan tersebut diantaranya :
1.      Inkonsistensi kebijakan anggaran terlihat dari porsi belanja pegawai yang meningkat dari 20,14 % di APBN-P 2011 menjadi 22,61% di RAPBN 2012 atau mencapai Rp.215,7 T. Hal tersebut tidak berjalan dengan kebijakan moratorium penerimaan pegawai negri sipil baru.
" gaji pegawai selalu naik, disisi lain reformasi birokrasi gagal, pelayanan publik tetap rendah dan kasus korupsi meningkat"
2.      subsidi BBM, Dimana anggaran belanja modal Rp.168,1 T hampir setara dengan  subsidi BBM.   Saat ini kebjakan pemerintah memberikan subsidi pada Bahan Bakar Minyak (BBM) habis untuk sektor transportasi. Padahal akan lebih baik jika subsidi BBM tersebut diserap Industri, karena perekonomian negara akan begerak atau berkembang.

3.      anggaran transfer daerah yang sebagian besar untuk DAU, adapun rata-rata 70 % DAU digunakan untuk gaji pegawai.

                                                    

Senin, 15 Agustus 2011

Dampak kinerja PT.Garuda Indonesia menurun


GI merupakan maskapai penerbangan eksklusif  dan merupakan perusahaan BUMN. GI juga sangat terkenal dengan gelarnya yaitu The Largest Airline company in Indonesia”,  tapi gelar tersebut tidak sepadan dengan kinerja GI. Memang pada tahun 2005 GI memiliki kinerja  yang terus membaik hingga tahun 2009 lalu, yakni  2005 (rugi 688M), 2006 (rugi 197M), 2007 (laba 285M), 2008 ( laba 60M karena ada investasi skala besar berupa sewa armada airbus yang dianggap pembiayaan aktiva tetap ditambah perawatan armada dan perangkatnya), 2009 ( laba 807M), tetapi kinerja GI sepanjang sembilan bulan 2010, telah menurun secara signifikan. Hal ini dibuktikan dari penyajian laporan keuangan GI periode kuartal III 2010 (9M10), dimana GI mencatat pendapatan Rp.12.7 T (cukup besar karena asset GI hanya Rp. 14,2 T) tetapi laba usahanya ternyata minus 290 M.

Dari paparan diatas menyatakan  bahwa kinerja GI  menurun,  hal ini merupakan penyebab pertama  IPO saham  Garuda sepi peminat. Mengapa ?????? karena menurun kinerja perusahaan maka semakin menurun pula laba yang diperoleh oleh perusahaan tersebut. Sehingga deviden yang diperoleh oleh investor semakin kecil. sedangkan harapan para investor memperoleh deviden yang besar dan memiliki kepemilikan pada perusahaan yang sustainable.

semangaaaaattt......hehe

Jumat, 12 Agustus 2011

Analisa mengenai merosotnya harga saham PT.Garuda Indonesia


KINERJA PT. Garuda Indonesia (Miliaran rupiah)

30-Sep-10
31-Dec-09
31-Dec-08
Pendapatan
12.685
17.680
19.349
Laba bersih
149,9
1.019
975,05
Aktiva
14.223
14.802
15.304
Kewajiban
11.066
11.581
13.888
Hak Minoritas
10,1
6,9
49,4
Ekuitas
3.147
3.214
1.367
Modal ditempatkan
9.120
9.120
                                   9.120


Identifikasi Masalah
ž Merosotnya harga saham GIAA sebesar 17,3% atau sebesar 620 dari harga IPO sebesar 750 per lembar.
Harapan
HARGA SAHAM NAIK MENCERMINKAN BAHWA PERUSAHAAN MAMPU MEMPEROLEH LABA YANG MEMUASKAN MAKA INVESTOR BANYAK YANG MEMBELI SAHAM  ATAU PERMINTAAN AKAN SAHAM TERSEBUT TINGGI
Fakta
HARGA SAHAM TURUN, BANYAK AKSI JUAL LANTARAN INVESTOR MELIHAT ADANYA POTENSI GARUDA TIDAK BISA MENCETAK LABA TINGGI TAHUN INI
Terdapat Gap antara harapan dan kenyataan.

DAMPAK
1.    PT.GARUDA INDONESIA
*   Permintaan menggunakan GI menurun dan penjualan perusahaan pun ikut menurun sehingga perusahaan tidak bisa mendapatkan laba yg yg maksimum. Hal itu menyebabkan nilai perusahaan PT. GI menurun, diikuti dengan  permintaan akan saham yang menurun drastis.
2.    INVESTOR GARUDA
*   Turunnya harga saham mengakibatkan para investor gagal dalam mendatangkan gain di hari pertama

3.    PENUMPANG
*   Kenaikan fuel surcharger membuat penumpang harus membayar dengan harga yang lebih mahal, sehingga tak sedikit penumpang yang pindah dari GI ke maskapai penerbangan lain yang lebih murah
4.    PENJAMIN EMISI
*   Buntut mangkirnya investor untuk membayar sesuai pesanan adalah penjamin emisi harus merogoh kocek  untuk menalangi dengan memborong sisanya, yakni 47.5% atau Rp 2,26 triliun

Teori mengenai keputusan sebagai calon investor
¢ jika harga pasar > nilai wajar = maka calon investor  tidak  akan melakukan pembeli saham tersebut.
¢ jika harga pasar < nilai wajar= maka calon investor   akan melakukan pembeli saham tersebut.

Indikator Masalah
* Kenaikan harga minyak
Kenaikan harga minyak kisaran 100 US  dollar/barrel mengakibatkan kenaikan fuel surcharges dan menurunya permintaan yang akhirnya mengakibatkan GI tidak bisa mencetak laba yang memuaskan sesuai dengan para keinginan investor.
perusahaan mengeluarkan dana  atas Biaya bahan bakar  sebesar Rp.1,959 T.

* Perekonomian di Eropa yg belum pulih
Perekonomian di eropa yang belum pulih karena masalah politik di mesir, dimana justru sebagian besar invetor berasal dari mesir yang banyak  mempengaruhi harga saham

* NAIKNYA HARGA MINYAK DUNIA à TURUNNYA KEMAMPUAN PERUSAHAAN UNTUK MENCETAK LABA à TURUNNYA HARGA SAHAM GARUDA
Saran
Menurut kelompok kami saham merupakan hal penting yang perlu diperhatikan, karena nilai saham  menunjukan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang memuaskan bagi investor. Jika perusahaan dapat mencetak laba yang memuaskan  maka permintaan saham suatu perusahaan tersebut akan tinggi  maka semakin tinggi pula harga yang ditawarkan oleh perusahaan.
jadi sebaiknya perusahaan harus dapat memperkirakan terlebih dahulu hal-hal yang dapat mempengaruhi harga saham(seperti mengamati faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan operasional perusahaan, penawaran harga saham pesaing dll ) sebelum menentukan IPO.

Semoga bermanfaat !!!!!!!  heee